Kamis, 28 Oktober 2010

PSM Kalahkan Gasma Enrekang



ENREKANG/fajar -- Menggunakan formasi anyar 3-5-2, PSM sukses menundukkan Gasma Enrekang dengan skor 3-0 dalam laga uji coba di Lapangan Lura, Enrekang, Minggu, 8 November. Namun, belum ada jaminan skema tersebut bisa diandalkan di pentas Indonesia Super League.

Berbagai catatan mewarnai performa Handi Hamzah dkk menggunakan skema baru tersebut. Koordinasi antarlini belum padu. Sektor pertahanan masih sering salah dalam reposisi. Akibatnya, Gasma beberapakali mampu menciptakan peluang.

Lini tengah lebih parah. Ciri khas permainan cepat dan keras sama sekali tak terlihat. Daniel Suarez Baroni yang ditempatkan sebagai playmaker, tak mampu menjalankan fungsinya dengan baik. Dia lebih asyik memainkan sendiri bola daripada berpikir secara tim.

Pelatih PSM, Hanafing mengatakan, lini tengah timnya memang masih perlu banyak pembenahan. "Bola yang seharusnya sudah dialirkan ke depan, justru tertahan. Itu karena pemain tengah terlalu banyak memainkan bola," ujar dia usai pertandingan.

Posisi gelandang sayap kanan yang ditempati Adnan Buyung maupun Hendra Wijaya juga dinilai masih banyak kelemahan. Kedua pemain yang sejatinya seorang bek itu belum mampu memahami peran barunya sebagai gelandang.

Sementara itu, asisten manajer PSW bidang teknik, Abdi Tunggal, mengatakan bahwa para pemain masih terkesan acuh. Usai menguasai dan memberi bola, tidak ada lagi usaha untuk melakukan pergerakan selanjutnya. Membuka ruang, misalnya.

Dalam pertandingan yang disaksikan sekira 1.000-an penonton itu, Hanafing menurunkan semua pemain yang dibawa. Gol-gol kemenangan PSM diciptakan Diva Tarkas, Rahmat, dan Christian Carrasco. (zul)

Read more »

Jumat, 26 Maret 2010

Kalosi Yang Mengharumkan Nama Enrekang

Kalosi Yang Mengharumkan Nama Enrekang
Ternyata, perjalanan dari Enrekang sampai ke Pare-Pare jauh banget! Rasanya, bus yang saya tumpangi nggak sampai-sampai. Pertama-tama, saya masih bersemangat melihat pemandangan di kanan kiri saya. Pemandangannya lumayan untuk dilihat, apalagi di area pegunungan dan hutan-hutan yang sesekali berseling desa. Namun, lama kelamaan, pemandangan serupa yang itu-itu saja selama berjam-jam, ditambah cuaca yang saat itu memang panas, membuat mata saya tinggal bersisa sekian watt saja. Jadi ngantuk rasanya. Beberapa kali saya jatuh tertidur di dalam bus dan terbangun beberapa saat kemudian dan mendapati diri saya masih di Enrekang!
Kota Enrekang yang saya lewati pun tidak terlalu signifikan bentuknya seperti sebuah kota. Hanya ada satu buah pasar yang cukup ramai di tengah perlintasan yang saya lalui. Selepas itu, bus kembali memasuki area hutan dengan rerimbunan pohon dan kemudian bertemu lagi dengan beberapa desa. Desa-desa yang saya jumpai juga memiliki rumah adat yang hampir serupa modelnya, sepanjang perjalanan. Rumah panggung yang mereka bangun memiliki semacam pucuk berbentuk silang di bubungan tertinggi atapnya. Saya sich inginnya hanya tidur saja. Namun, saya kesulitan tidur karena bus bergerak berkelok-kelok naik turun. Lebih daripada itu, hawa panas berputar di dalam bus. Jangan kira hawa pegunungan di Enrekang dingin yah. Walaupun berstatus pegunungan dan berhawa segar, saya nggak merasakan dingin sama sekali.
Satu hal yang cukup menarik disini adalah saya melewati Kota Kalosi. Buat anda penggemar kopi, pasti sedikit banyak pernah dech mendengar tentang nama Kalosi ini. Yang menarik, Kalosi ternyata bukan berada di Tana Toraja, namun ada di Enrekang. Kalosi sendiri sebenarnya merupakan tempat pengumpul kopi dari wilayah-wilayah di sekelilingnya. Wajar, jika kemudian nama Kalosi Toraja menjadi sedemikian terkenalnya dibanding tempat asal menanam kopi tersebut yang berada entah dimana di dataran tinggi Toraja dan Enrekang ini. Tidak terlalu banyak aktifitas kegiatan masyarakat yang tampak di daerah ini. maklum, namanya juga kota kecil. Tapi saya menemukan sejumlah pedagang kecil yang menjual kopi-kopi dalam kemasan yang sudah bisa diduga itu adalah Kopi Kalosi-Toraja. DI beberapa tempat bahkan saya melihat proses penjemuran kopi yang dilakukan di atas karung goni. Kopi-kopi tersebut berwarna terang, belum digoreng, beda seperti yang kita lihat selama ini ketika sudah masuk ke dapur. Nah, kopi-kopi yang masuk ke Kalosi berasal dari daerah-daerah sekitarnya, dataran tinggi yang berhawa dingin mencakup wilayah Tana Toraja dan Enrekang atau berada di sekitar Rantemario dan Rantekombola. Harga kopi yang dijual disini cukup murah (dalam hitungan ribuan saja) untuk satu kemasan kertas coklat dan dilabeli ala kadarnya. Beda banget harganya kalau sudah masuk café atau supermarket terkenal, harganya bisa berkali-kali lipat. Maklum, membawa kopi ini turun gunung juga butuh perjuangan banget sich. Hehehe...
Read more »

Kopi Dibika Bakal Dipamerkan di Jerman

Kopi Dibika Bakal Dipamerkan di Jerman
ENREKANG — Pemerintah Kabupaten Enrekang mendapat kesempatan dari pemerintah Jerman untuk memamerkan salah satu jenis komoditi unggulan, berupa kopi yang diberi nama Kopi Duri-Bungin Arabika (Dibika) di negara tersebut.
Bupati Enrekang, Haji La Tinro La Tunrung yang ditemui usai menghadiri pelantikan pengurus Hikma Cabang Parepare di Hotel Delimasari beberapa waktu lalu mengatakan, berdasarkan hasil penilaian komoditi unggulan, beberapa waktu lalu, kopi arabika yang dibawa Pemkab akhirnya memikat peserta baik dari segi bentuk dan cita rasanya. “Kita membawa dua sampel jenis kopi yang berasal dari dua desa yang berbeda, yakni Desa Bone-bone dan Lapekko. Alhamdulillah, Enrakang mendapat juara I dan II,” jelasnya. Kopi andalan Enrekang yang sudah memiliki hak paten itu akhirnya mendapat kesempatan untuk memenuhi undangan pemerintah Jerman dan memamerkan hasil komoditi unggulan itu, Mei mendatang. “Kita akan memenuhi undangan tersebut dan membawa sampel jenis kopi Dibika,” tegasnya. La Tinro mengklaim, nama Kopi Dibika sudah dipatenkan agar mendapat lisensi, bahwa kopi ini berasal dari Enrekang. “Kita tidak ingin lagi kecolongan lagi seperti arabika dari kalosi yang sudah dipatenkan salah satu perusahaan di Jerman,” katanya.
Read more »

Curio Bisa Kembangkan Kentang Kalosi

Curio Bisa Kembangkan Kentang Kalosi
ENREKANG — Bupati Enrekang, Haji la Tinro La Tunrung melantik Camat Curio dan Massalle bersama sekertaris camat di tempat terpisah, Kamis 11 Maret.
Camat Curio yang dilantik kemarin di curio adalah Chandra Djaja, BA dan Sekcam Curio Salama, Sementara Camat masalle Syamsul Iwan, bersama Sekcam Masalle, Hasanuddin dilantik di Masalle. Bupati Enrekang, Haji la Tinro La Tunrung dalamn sambutannya mengatakan, Curio memiliki lahan yang baik untuk mengembangkan Kentang Kalosi yang menjadi andalan Enrekang. “ Untuk itu, camat yang baru dilantik ini diharapkan dapat menjadikan Curio sebagai wilayah yang mampu meningkatkan produktifitas kentang Kalosi ini,” kata La Tinro. Usai dilantik, Chadra Djaja mengatakan, Curio memiliki lahan seluas 35 hektar untuk pengembangan Kentang Kalosi. Selain itu, Bupati juga menyinggung jika pelayanan kepada masyarakat harus terus ditingkatkan. Pemerintah sudah mengeluarkan banyak program yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. “ Makanya jangan ada lagi keluhan masyarakat yang terdengar, khususnya pelayanan tingkat dasar,” kata La Tinro. Saat pelantikan Camat Masalle, La Tinro menyinggung program layanan pembuatan KTP secara On-Line yang saat ini perangkatnya akan diusahakan sampai dikecamatan-kecamatan. “ Kita upayakan, kedepan pelayanan KTP secara Online sudah bisa diakses semua warga dikecamatan,” kata La Tinro. Pelayanan KTP ini, Kata La Tinro sampai saat ini baru bisa dilayani di Kecamatan Enrekang, Baraka dan Kecamatan Alla. “Kita uapayakan, palayanan ini bisa membuat semua warga hanya memiliki satu KTP saja,” ujar La Tinro.
Read more »

Rabu, 24 Maret 2010

Warga Duri Ingin Pisah dari ENREKANG

Warga Duri Ingin Pisah dari ENREKANG

ENREKANG, BKM -- Keinginan warga Duri untuk memisahkan diri dari Kabupaten Enrekang semakin bulat. Bahkan desakan berpisah itu telah mendapat dukungan dari tokoh masyarakat yang juga mantan pejabat di Enrekang.

Diantaranya HM Lody Sindangan, H Amma Leha dan Banteng, beberapa mantan anggota legislatif dan anggota legislatif terpilih periode 2009-20014. Mereka secara aktif intens melakukan pertemuan yang membahas rencana pemekaran.

Minggu (31/5) kemarin, pertemuan digelar di Gedung Serba Guna Kalosi. Rapat koordinasi oleh pokja persiapan kongres masyarakat Tanah Duri tersebut, sebagai tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya di Belajen, Kecamatan Alla, 10 Mei lalu.
Pertemuan dipimpin Ketua Umum Abd Kadir Al Qidri. Yang dibahas sudah memasuki struktur organisasi dan rancangan program masyarakat Tanah Duri.

Tokoh masyarakat di delapan kecamatan dari 12 kecamatan di Kabupaten Enrekang antusias menghadiri pertemuan tersebut. Kedelapan kecamatan itu adalah Alla, Curio, Baroko, Masalle, Buntu Batu, Baraka, Malua dan Anggeraja.
Hartono, Sekjen Pokja Persiapan Kongres Masyarakat Tanah Duri yang ditemui usai rapat koordinasi, mengatakan pertemuan kali ini dalam rangka mengorganisir keinginan masyarakat Tanah Duri untuk berdiri di atas kaki sendiri alias menjadi Kabupaten Tanah Duri.

"Sebelum isu masyarakat yang ingin agar wilayahnya dimekarkan menjadi kabupaten berkembang luas, kami berinisiatif untuk memediasi dalam bentuk diskusi-diskusi. Disini dibahas apa yang menjadi keinginan mereka,'' kata Hartono.
Pada dasarnya, menurut Hartono, keinginan masyarakat untuk memekarkan wilayah karena persoalan pelayanan publik. "Pemekaran itu kan filosofinya untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Jadi wajar kalau masyarakat Duri mendesak dilakukannya pemekaran," terang Hartono.

Diakuinya, persoalan pelayanan selama ini dinilai belum maksimal diberikan kepada masyarakat Duri. Begitu pula potensi alam yang dieksploitasi dan dikelola, hasilnya belum dirasakan secara maksimal oleh warga setempat.

''Pendapatan dari hasil bumi wilayah Duri cukup beras. Sementara yang dinikmati masyarakat setempat sangat minim. Karena adanya diskriminasi dalam pembangunan, warga Duri kemudian meminta untuk berpisah dari Enrekang,'' jelasnya.

Hartono membantah kalau isu pemekaran hanya untuk politik praktis. Ia secara tegas mengatakan jika keinginan masyarakat untuk membentuk kabupaten baru, merupakan gerakan politik intelektual yang dibingkai dengan hati nurani rakyat.

Sebelum pertemuan ditutup, para peserta bersepakat untuk melakukan kongres masyarakat Tanah Duri pada tanggal 13 Juni mendatang. Kegiatan kongres tersebut akan dipusatkan di Kecamatan Anggeraja. ((K14/rus) )
Read more »

Musik Bambu Enrekang Ditampilkan Kembali thn 2006 Posted by enrekang under Sosial Budaya dan Pariwisata [8] Comments


Musik Bambu Enrekang Ditampilkan Kembali thn 2006
Posted by enrekang under Sosial Budaya dan Pariwisata
[8] Comments

Musik bambu, alat musik tradisional Suku Massenrengpulu, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, yang terancam punah, telah ditampilkan kembali pada Gelar Budaya Sulsel 2006. [Pembaruan/M Kiblat Said]

Musik Bambu

Surugana Bambapuang atau surga dari Gunung Bambapuang. Itulah lagu yang melukiskan keindahan gunung yang berada sekitar 3.400 meter dari permukaan laut (dpl) dan menjadi lagu khas Suku Massenrengpulu yang mendiami Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan.

Lagu itu mengalun indah lewat konser musik bambu yang dimainkan kelompok tani serta siswa sekolah dasar dan menengah dari berbagai kecamatan di Kabupaten Enrekang, saat Gelar Budaya Sulawesi Selatan 2006 di Lapangan Abu Bakar Lambogo, di kaki Gunung Bambapuang, tahun lalu. Musik bambu Enrekang yang terancam punah itu, berhasil ditampilkan kembali dengan baik.

Masyarakat Suku Massenrengpulu (Maiwa, Duri dan Enrekang) menyebut musik bambu sebagai musik bas, semua peralatannya terbuat dari bahan bambu pelang atau petung, bentuknya menyerupai peralatan musik angklung dari Jawa Barat.

Angklung dan musik bas dimainkan secara berkelompok. Hanya saja bedanya, alat musik angklung mengandalkan bunyi suara bamboo, sedangkan musik bas adalah alat musik tiup. Alat tiup itu pun terus berkembang dan menjadi sarana hiburan rakyat di pedalaman Enrekang, dilengkapi alat tabuh yang dibuat dari kulit sapi dan dimainkan beramai-ramai pada saat upacara adat, menyambut musim panen atau pesta rakyat. “Kalau ada sunatan atau pengantin, alat ini masih sering dipakai sebagai hiburan, seperti saat perkawinan Andi Jaya Sose, seorang bangsawan Enrekang,” kata Manta. (63) pelatih musik bas dari Desa Tampo, Kecamatan Anggeraja.

Menurut Manta, dalam legenda rakyat Massenrengpulu alat itu konon ditemukan oleh seorang pengembala kerbau. Awalnya ia membuat alat tiup dari batang merang padi yang dimainkan di atas kerbau sambil menunggui padi di kaki Gunung Bambapuang. Sang pengembala kemudian mengganti alat tiup dari batang merang itu dengan bambu dan terciptalah suling bamboo dengan suara yang lebih merdu dari suara yang ditimbulkan batang merang padi.

Pada zaman pendudukan Belanda, musik bas mengalami perkembangan, meskipun teknik pembuatannya sangat tradisional. Aturan solmisasinya semakin sempurna karena nadanya diselaraskan dengan menggunakan standar suara garpu tala. Selain suling, peralatan musik itu dilengkapi alat bas terbuat dari bambu berukuran sedang. Untuk bas A terdiri nada do, mi, sol, bas B nada fa, la. Sedangkan bas C terdiri dari nada re dan si.

Menurut Manta, musik tersebut dapat mengiringi banyak lagu, hanya saja memiliki kelemahan ketika dimainkan untuk lagu minor. “Bukan tidak bisa, namun rumit untuk dikoor seperti sopran, tenor dan alto,” ujarnya.

Media Pemersatu

Musik bambu telah memperkaya khasanah budaya Suku Massenrengpulu, kelompok musik itu masih bertahan dan berfungsi sebagai media pemersatu serta hiburan di kalangan kelompok tani Bolang, Sipakanana, Biak, Dolog dan Tampo. “Hampir semua anggota kelompok tani bisa memainkan alat musik ini,” kata Manta.

Perkembangan musik bambu di Enrekang tak lepas dari peranan besar seniman musik bambu dari Manado dan Ambon yang juga memiliki musik khas dari bambu dan

Perkembangannya telah jauh lebih maju. Mereka datang ke Bumi Massenrengpulu membagi ilmunya, sekalian mengajarkan cara membuat alat musik yang nadanya sempurna.

Sayangnya, kata Manta, modernisasi saat ini menjadi ancaman punahnya musik bambu tersebut. Sedikit sekali generasi muda yang berminat untuk mempelajarinya sebagai musik warisan leluhur yang harus dipertahankan, banyak yang menganggap musik kampungan. Meskipun begitu, Manta dan beberapa pelatih musik bambu lainnya di Enrekang merasa lega karena Bupati Enrekang, Ir Latinro Latunrung sudah menginstruksikan semua sekolah dasar dan sekolah menengah di daerah itu untuk menjadikan musik bambu sebagai pelajaran ekstra.

Direktorat Tradisi Direktur Jenderal (Dirjen) Nilai Seni dan Budaya Film Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Sri Hartanto terlihat gembira saat menyaksikan penampilan musik bambu itu, pada Gelar Budaya Sulawesi Selatan 2006, tahun lalu. Ia bahkan meminta pemerintah daerah untuk melakukan agenda rutin perlombaan musik bambu untuk melestarikan musik tradisional tersebut. [Pembaruan/M Kiblat Said]
Read more »

Minggu, 21 Maret 2010

SMA MUHAMMADIYAH KALOSI

SMA MUHAMMADIYAH KALOSI

Assalamu 'alaikum Wr.Wb. SMA Muhammadiyah kalosi salah satu sekolah di Kab. ENREKANG yang mengembangkan Ilmu agama dan ilmu umum.
sekolah ini juga salah satu bangunan yang dirikan oleh Bpk . muslim bando.

Read more »

BThemes

Religious Myspace Comments

Sponsor

picture widgets
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More