Jumat, 26 Maret 2010

Kalosi Yang Mengharumkan Nama Enrekang

Kalosi Yang Mengharumkan Nama Enrekang
Ternyata, perjalanan dari Enrekang sampai ke Pare-Pare jauh banget! Rasanya, bus yang saya tumpangi nggak sampai-sampai. Pertama-tama, saya masih bersemangat melihat pemandangan di kanan kiri saya. Pemandangannya lumayan untuk dilihat, apalagi di area pegunungan dan hutan-hutan yang sesekali berseling desa. Namun, lama kelamaan, pemandangan serupa yang itu-itu saja selama berjam-jam, ditambah cuaca yang saat itu memang panas, membuat mata saya tinggal bersisa sekian watt saja. Jadi ngantuk rasanya. Beberapa kali saya jatuh tertidur di dalam bus dan terbangun beberapa saat kemudian dan mendapati diri saya masih di Enrekang!
Kota Enrekang yang saya lewati pun tidak terlalu signifikan bentuknya seperti sebuah kota. Hanya ada satu buah pasar yang cukup ramai di tengah perlintasan yang saya lalui. Selepas itu, bus kembali memasuki area hutan dengan rerimbunan pohon dan kemudian bertemu lagi dengan beberapa desa. Desa-desa yang saya jumpai juga memiliki rumah adat yang hampir serupa modelnya, sepanjang perjalanan. Rumah panggung yang mereka bangun memiliki semacam pucuk berbentuk silang di bubungan tertinggi atapnya. Saya sich inginnya hanya tidur saja. Namun, saya kesulitan tidur karena bus bergerak berkelok-kelok naik turun. Lebih daripada itu, hawa panas berputar di dalam bus. Jangan kira hawa pegunungan di Enrekang dingin yah. Walaupun berstatus pegunungan dan berhawa segar, saya nggak merasakan dingin sama sekali.
Satu hal yang cukup menarik disini adalah saya melewati Kota Kalosi. Buat anda penggemar kopi, pasti sedikit banyak pernah dech mendengar tentang nama Kalosi ini. Yang menarik, Kalosi ternyata bukan berada di Tana Toraja, namun ada di Enrekang. Kalosi sendiri sebenarnya merupakan tempat pengumpul kopi dari wilayah-wilayah di sekelilingnya. Wajar, jika kemudian nama Kalosi Toraja menjadi sedemikian terkenalnya dibanding tempat asal menanam kopi tersebut yang berada entah dimana di dataran tinggi Toraja dan Enrekang ini. Tidak terlalu banyak aktifitas kegiatan masyarakat yang tampak di daerah ini. maklum, namanya juga kota kecil. Tapi saya menemukan sejumlah pedagang kecil yang menjual kopi-kopi dalam kemasan yang sudah bisa diduga itu adalah Kopi Kalosi-Toraja. DI beberapa tempat bahkan saya melihat proses penjemuran kopi yang dilakukan di atas karung goni. Kopi-kopi tersebut berwarna terang, belum digoreng, beda seperti yang kita lihat selama ini ketika sudah masuk ke dapur. Nah, kopi-kopi yang masuk ke Kalosi berasal dari daerah-daerah sekitarnya, dataran tinggi yang berhawa dingin mencakup wilayah Tana Toraja dan Enrekang atau berada di sekitar Rantemario dan Rantekombola. Harga kopi yang dijual disini cukup murah (dalam hitungan ribuan saja) untuk satu kemasan kertas coklat dan dilabeli ala kadarnya. Beda banget harganya kalau sudah masuk café atau supermarket terkenal, harganya bisa berkali-kali lipat. Maklum, membawa kopi ini turun gunung juga butuh perjuangan banget sich. Hehehe...
Read more »

Kopi Dibika Bakal Dipamerkan di Jerman

Kopi Dibika Bakal Dipamerkan di Jerman
ENREKANG — Pemerintah Kabupaten Enrekang mendapat kesempatan dari pemerintah Jerman untuk memamerkan salah satu jenis komoditi unggulan, berupa kopi yang diberi nama Kopi Duri-Bungin Arabika (Dibika) di negara tersebut.
Bupati Enrekang, Haji La Tinro La Tunrung yang ditemui usai menghadiri pelantikan pengurus Hikma Cabang Parepare di Hotel Delimasari beberapa waktu lalu mengatakan, berdasarkan hasil penilaian komoditi unggulan, beberapa waktu lalu, kopi arabika yang dibawa Pemkab akhirnya memikat peserta baik dari segi bentuk dan cita rasanya. “Kita membawa dua sampel jenis kopi yang berasal dari dua desa yang berbeda, yakni Desa Bone-bone dan Lapekko. Alhamdulillah, Enrakang mendapat juara I dan II,” jelasnya. Kopi andalan Enrekang yang sudah memiliki hak paten itu akhirnya mendapat kesempatan untuk memenuhi undangan pemerintah Jerman dan memamerkan hasil komoditi unggulan itu, Mei mendatang. “Kita akan memenuhi undangan tersebut dan membawa sampel jenis kopi Dibika,” tegasnya. La Tinro mengklaim, nama Kopi Dibika sudah dipatenkan agar mendapat lisensi, bahwa kopi ini berasal dari Enrekang. “Kita tidak ingin lagi kecolongan lagi seperti arabika dari kalosi yang sudah dipatenkan salah satu perusahaan di Jerman,” katanya.
Read more »

Curio Bisa Kembangkan Kentang Kalosi

Curio Bisa Kembangkan Kentang Kalosi
ENREKANG — Bupati Enrekang, Haji la Tinro La Tunrung melantik Camat Curio dan Massalle bersama sekertaris camat di tempat terpisah, Kamis 11 Maret.
Camat Curio yang dilantik kemarin di curio adalah Chandra Djaja, BA dan Sekcam Curio Salama, Sementara Camat masalle Syamsul Iwan, bersama Sekcam Masalle, Hasanuddin dilantik di Masalle. Bupati Enrekang, Haji la Tinro La Tunrung dalamn sambutannya mengatakan, Curio memiliki lahan yang baik untuk mengembangkan Kentang Kalosi yang menjadi andalan Enrekang. “ Untuk itu, camat yang baru dilantik ini diharapkan dapat menjadikan Curio sebagai wilayah yang mampu meningkatkan produktifitas kentang Kalosi ini,” kata La Tinro. Usai dilantik, Chadra Djaja mengatakan, Curio memiliki lahan seluas 35 hektar untuk pengembangan Kentang Kalosi. Selain itu, Bupati juga menyinggung jika pelayanan kepada masyarakat harus terus ditingkatkan. Pemerintah sudah mengeluarkan banyak program yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. “ Makanya jangan ada lagi keluhan masyarakat yang terdengar, khususnya pelayanan tingkat dasar,” kata La Tinro. Saat pelantikan Camat Masalle, La Tinro menyinggung program layanan pembuatan KTP secara On-Line yang saat ini perangkatnya akan diusahakan sampai dikecamatan-kecamatan. “ Kita upayakan, kedepan pelayanan KTP secara Online sudah bisa diakses semua warga dikecamatan,” kata La Tinro. Pelayanan KTP ini, Kata La Tinro sampai saat ini baru bisa dilayani di Kecamatan Enrekang, Baraka dan Kecamatan Alla. “Kita uapayakan, palayanan ini bisa membuat semua warga hanya memiliki satu KTP saja,” ujar La Tinro.
Read more »

Rabu, 24 Maret 2010

Warga Duri Ingin Pisah dari ENREKANG

Warga Duri Ingin Pisah dari ENREKANG

ENREKANG, BKM -- Keinginan warga Duri untuk memisahkan diri dari Kabupaten Enrekang semakin bulat. Bahkan desakan berpisah itu telah mendapat dukungan dari tokoh masyarakat yang juga mantan pejabat di Enrekang.

Diantaranya HM Lody Sindangan, H Amma Leha dan Banteng, beberapa mantan anggota legislatif dan anggota legislatif terpilih periode 2009-20014. Mereka secara aktif intens melakukan pertemuan yang membahas rencana pemekaran.

Minggu (31/5) kemarin, pertemuan digelar di Gedung Serba Guna Kalosi. Rapat koordinasi oleh pokja persiapan kongres masyarakat Tanah Duri tersebut, sebagai tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya di Belajen, Kecamatan Alla, 10 Mei lalu.
Pertemuan dipimpin Ketua Umum Abd Kadir Al Qidri. Yang dibahas sudah memasuki struktur organisasi dan rancangan program masyarakat Tanah Duri.

Tokoh masyarakat di delapan kecamatan dari 12 kecamatan di Kabupaten Enrekang antusias menghadiri pertemuan tersebut. Kedelapan kecamatan itu adalah Alla, Curio, Baroko, Masalle, Buntu Batu, Baraka, Malua dan Anggeraja.
Hartono, Sekjen Pokja Persiapan Kongres Masyarakat Tanah Duri yang ditemui usai rapat koordinasi, mengatakan pertemuan kali ini dalam rangka mengorganisir keinginan masyarakat Tanah Duri untuk berdiri di atas kaki sendiri alias menjadi Kabupaten Tanah Duri.

"Sebelum isu masyarakat yang ingin agar wilayahnya dimekarkan menjadi kabupaten berkembang luas, kami berinisiatif untuk memediasi dalam bentuk diskusi-diskusi. Disini dibahas apa yang menjadi keinginan mereka,'' kata Hartono.
Pada dasarnya, menurut Hartono, keinginan masyarakat untuk memekarkan wilayah karena persoalan pelayanan publik. "Pemekaran itu kan filosofinya untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Jadi wajar kalau masyarakat Duri mendesak dilakukannya pemekaran," terang Hartono.

Diakuinya, persoalan pelayanan selama ini dinilai belum maksimal diberikan kepada masyarakat Duri. Begitu pula potensi alam yang dieksploitasi dan dikelola, hasilnya belum dirasakan secara maksimal oleh warga setempat.

''Pendapatan dari hasil bumi wilayah Duri cukup beras. Sementara yang dinikmati masyarakat setempat sangat minim. Karena adanya diskriminasi dalam pembangunan, warga Duri kemudian meminta untuk berpisah dari Enrekang,'' jelasnya.

Hartono membantah kalau isu pemekaran hanya untuk politik praktis. Ia secara tegas mengatakan jika keinginan masyarakat untuk membentuk kabupaten baru, merupakan gerakan politik intelektual yang dibingkai dengan hati nurani rakyat.

Sebelum pertemuan ditutup, para peserta bersepakat untuk melakukan kongres masyarakat Tanah Duri pada tanggal 13 Juni mendatang. Kegiatan kongres tersebut akan dipusatkan di Kecamatan Anggeraja. ((K14/rus) )
Read more »

Musik Bambu Enrekang Ditampilkan Kembali thn 2006 Posted by enrekang under Sosial Budaya dan Pariwisata [8] Comments


Musik Bambu Enrekang Ditampilkan Kembali thn 2006
Posted by enrekang under Sosial Budaya dan Pariwisata
[8] Comments

Musik bambu, alat musik tradisional Suku Massenrengpulu, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, yang terancam punah, telah ditampilkan kembali pada Gelar Budaya Sulsel 2006. [Pembaruan/M Kiblat Said]

Musik Bambu

Surugana Bambapuang atau surga dari Gunung Bambapuang. Itulah lagu yang melukiskan keindahan gunung yang berada sekitar 3.400 meter dari permukaan laut (dpl) dan menjadi lagu khas Suku Massenrengpulu yang mendiami Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan.

Lagu itu mengalun indah lewat konser musik bambu yang dimainkan kelompok tani serta siswa sekolah dasar dan menengah dari berbagai kecamatan di Kabupaten Enrekang, saat Gelar Budaya Sulawesi Selatan 2006 di Lapangan Abu Bakar Lambogo, di kaki Gunung Bambapuang, tahun lalu. Musik bambu Enrekang yang terancam punah itu, berhasil ditampilkan kembali dengan baik.

Masyarakat Suku Massenrengpulu (Maiwa, Duri dan Enrekang) menyebut musik bambu sebagai musik bas, semua peralatannya terbuat dari bahan bambu pelang atau petung, bentuknya menyerupai peralatan musik angklung dari Jawa Barat.

Angklung dan musik bas dimainkan secara berkelompok. Hanya saja bedanya, alat musik angklung mengandalkan bunyi suara bamboo, sedangkan musik bas adalah alat musik tiup. Alat tiup itu pun terus berkembang dan menjadi sarana hiburan rakyat di pedalaman Enrekang, dilengkapi alat tabuh yang dibuat dari kulit sapi dan dimainkan beramai-ramai pada saat upacara adat, menyambut musim panen atau pesta rakyat. “Kalau ada sunatan atau pengantin, alat ini masih sering dipakai sebagai hiburan, seperti saat perkawinan Andi Jaya Sose, seorang bangsawan Enrekang,” kata Manta. (63) pelatih musik bas dari Desa Tampo, Kecamatan Anggeraja.

Menurut Manta, dalam legenda rakyat Massenrengpulu alat itu konon ditemukan oleh seorang pengembala kerbau. Awalnya ia membuat alat tiup dari batang merang padi yang dimainkan di atas kerbau sambil menunggui padi di kaki Gunung Bambapuang. Sang pengembala kemudian mengganti alat tiup dari batang merang itu dengan bambu dan terciptalah suling bamboo dengan suara yang lebih merdu dari suara yang ditimbulkan batang merang padi.

Pada zaman pendudukan Belanda, musik bas mengalami perkembangan, meskipun teknik pembuatannya sangat tradisional. Aturan solmisasinya semakin sempurna karena nadanya diselaraskan dengan menggunakan standar suara garpu tala. Selain suling, peralatan musik itu dilengkapi alat bas terbuat dari bambu berukuran sedang. Untuk bas A terdiri nada do, mi, sol, bas B nada fa, la. Sedangkan bas C terdiri dari nada re dan si.

Menurut Manta, musik tersebut dapat mengiringi banyak lagu, hanya saja memiliki kelemahan ketika dimainkan untuk lagu minor. “Bukan tidak bisa, namun rumit untuk dikoor seperti sopran, tenor dan alto,” ujarnya.

Media Pemersatu

Musik bambu telah memperkaya khasanah budaya Suku Massenrengpulu, kelompok musik itu masih bertahan dan berfungsi sebagai media pemersatu serta hiburan di kalangan kelompok tani Bolang, Sipakanana, Biak, Dolog dan Tampo. “Hampir semua anggota kelompok tani bisa memainkan alat musik ini,” kata Manta.

Perkembangan musik bambu di Enrekang tak lepas dari peranan besar seniman musik bambu dari Manado dan Ambon yang juga memiliki musik khas dari bambu dan

Perkembangannya telah jauh lebih maju. Mereka datang ke Bumi Massenrengpulu membagi ilmunya, sekalian mengajarkan cara membuat alat musik yang nadanya sempurna.

Sayangnya, kata Manta, modernisasi saat ini menjadi ancaman punahnya musik bambu tersebut. Sedikit sekali generasi muda yang berminat untuk mempelajarinya sebagai musik warisan leluhur yang harus dipertahankan, banyak yang menganggap musik kampungan. Meskipun begitu, Manta dan beberapa pelatih musik bambu lainnya di Enrekang merasa lega karena Bupati Enrekang, Ir Latinro Latunrung sudah menginstruksikan semua sekolah dasar dan sekolah menengah di daerah itu untuk menjadikan musik bambu sebagai pelajaran ekstra.

Direktorat Tradisi Direktur Jenderal (Dirjen) Nilai Seni dan Budaya Film Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Sri Hartanto terlihat gembira saat menyaksikan penampilan musik bambu itu, pada Gelar Budaya Sulawesi Selatan 2006, tahun lalu. Ia bahkan meminta pemerintah daerah untuk melakukan agenda rutin perlombaan musik bambu untuk melestarikan musik tradisional tersebut. [Pembaruan/M Kiblat Said]
Read more »

Minggu, 21 Maret 2010

SMA MUHAMMADIYAH KALOSI

SMA MUHAMMADIYAH KALOSI

Assalamu 'alaikum Wr.Wb. SMA Muhammadiyah kalosi salah satu sekolah di Kab. ENREKANG yang mengembangkan Ilmu agama dan ilmu umum.
sekolah ini juga salah satu bangunan yang dirikan oleh Bpk . muslim bando.

Read more »

Kopi Enrekang Diakui Dunia

Kopi Enrekang Diakui Dunia

MINUM KOPI ENREKANG. Bupati La Tinro beserta tamu HIKMA Jakarta, meminum Kopi Kalosi di rujab pekan lalu. Saat ini, kopi Enrekang diakui dunia.
ENREKANG, Upeks--Enrekang memang tempatnya buah kopi, sejak zaman kolonial hasil perkebunan tropis yang cukup digemari di belahan Eropa itu, sukses membawa Kopi Kalosi Enrekang, pemegang L/C pertama 1959 negara tujuan Jerman.
Kekhasan aroma dan rasa yang kemudian dikenal dalam kandungan Kopi Kalosi, meraih prestasi dan meraih tropi sebagai jenis kopi unggul dalam kontes aroma dan rasa kopi tingkat Sulsel, bahkan dikanca nasional. Dalam kajian ilmiah, kopi asal Enrekang ini punya daya tarik sehingga kalangan eksportir dunia mencari jalan untuk mendapatkan hasil perkebunan asli Enrekang atau dikenal Massenrempulu.
"Hasil bumi Enrekang sejak lama dikenal dunia luar terutama Kopi Kalosi yang menembus pasar internasional dengan bukti didapat lembar L/C menuju Eropa, disitu memberi pengertian bersama bahwa kopi terbaik Sulawesi adanya di Enrekang bukan daerah lain," ungkap Haji La Tinro La Tunrung, Bupati Enrekang.
Keberadaan Kopi Kalosi dengan berjalannya waktu, sempat mengalami pergeseran sebagai tanaman perkebunan yang mulai langka di era tahun 70-an, sebab mulai bermunculan berbagai jenis kopi lain yang berbeda dengan produksi sedikit lebih tinggi. Demam akan biji kopi yang ternyata dikenal Kopi Kalosi, mendorong pemda setempat melalui teknis terkait bersama pakar pertanian Unhas kembali melacak keberadaan tanaman tersebut yang masih bertahan di sekitar areal kaki pegunungan Latimojong tepatnya di Kecamatan Bungin Perkampungan Nating Desa Sawitto.
Disitulah ditemukan kembali Kopi Kalosi dan dibudidayakan dengan kultur jaringan dalam laboratorium. Hasil pemurnian itulah yang mendorong Pemkab Enrekang untuk terus membangun citra Kopi Kalosi dari jenis Arabika Typica secara bertahap. "Ini pengakuan pertama atas hasil kopi enrekang yang telah dimurnikan dari Kopi Kalosi yang terkenal di zamannya, untuk dinikmati seluruh lapisan dan bangsa dunia," ujar La Tinro di depan tamu HIKMA Jakarta belum lama ini. (Samsul Haliq)
Read more »

Kios Pasar Sentral-Sudu Segera Dibagikan

Kios Pasar Sentral-Sudu Segera Dibagikan
Posted by enrekang under Ekonomi, Pembangunan dan Investasi
[2] Comments

ENREKANG– Kepala Dinas (Kadis) Peridustrian dan Perekonomian Daerah (PPD) Enrekang, Drs Irfan Barung menyatakan pemerintah segera membagikan kios pasar Sentral Enrekang dan Sudu ke para pedagang. Itu kata Irfan, setelah pembangunan kedua pasar tersebut telah dinyatakan rampung.Pembangunan kedua pasar itu menurut dia, menggunakan anggaran pemerintah pusat, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel serta anggaran pemerintah daerah. Namun Irfan mengaku tidak tahu persis total anggaran yang dihabiskan dalam membangun kedua pasar tersebut. Yang jelas di atas Rp5 miliar.

Sebelum kios dibagikan ke pedagang lanjut dia, bangunan pasar terlebih dulu ditinjau Direktorat Jenderal (Dirjen) Departemen Perdagangan serta Inspektorat Sulsel.

“Hari minggu besok, tim dari Dirjen Perdagangan sudah ada di Enrekang untuk melihat hasil pembangunan kedua pasar tersebut. Setelah ada persetujuan Dirjen, kita langsung bagikan,” janjinya.

Pemkab lanjutnya, juga telah membentuk tim yang bertugas melakukan pembagian ratusan kios di Pasar Sentral dan Sudu. “Kita sudah bentuk tim,” tandasnya. (k4)
Read more »

Sejarah Kab. Enrekang


Sejarah Kab. Enrekang

sumber ALM. ABD. MANNAN TUPPU

Asal kata Enrekang

Sejak abad XIV, daerah ini disebut MASSENREMPULU yang artinya daerah pinggiran gunung atau menyusur gunung, sedang sebutan Enrekang berasal dari ENDEG yang artinya NAIK DARI atau PANJAT merupakan asal mulanya sebutan ENDEKAN.

Sedangkan versi lain mengatan bahwa kata ENREKANG berasal dari bahasa Bugis yang berarti daerah pengunungan. Mengapa orang bugis mengatakan demikian dapat dimengerti sebab lokasi kabupaten Enrekang ± 85 % dari seluruh luas wilayah dikelilingi oleh gunung dan bukit yang membentang disepanjang wilayah kabupaten Enrekang yang luasnya ± 1.786.01 Km².

Hari Jadi kabupaten Enrekang

Pelantikan Bupati Enrekang yang pertama pada tanggal 19 Pebruari 1960 yang juga menjadi hari terbentuknya DAERAH KABUPATEN ENREKANG. Berikut nama-nama Bupati yang pernah dan sekarang yang memerintah di Kabupaten Enrekang :

* Periode 1960 – 1963 dijabat oleh ANDI BABBA MANGOPO
* Periode 1963 – 1964 dijabat oleh M. NUR
* Periode 1964 – 1965 dijabat oleh M. CAHTIF LASINY
* Periode 1965 – 1969 dijabat oleh BAMBANG SOETRESNA
* Periode 1969 – 1971 dijabat oleh ABD. RACHMAN, BA.
* Periode 1971 – …… dijabat oleh Drs. A. PARAWANSA (Pjs.)
* Periode 1971 – 1978 dijabat oleh MUCH. DAUD (± 2 Thn masa non Fictive )
* Periode 1978 – 1983 dijabat oleh H. ABDULLAH DOLLAR, BA.
* Periode 1983 – 1988 dijabat oleh M. SALEH NURDIN AGUNG
* Periode 1988 – 1993 dijabat oleh H. M. AMIN SYAM
* Periode 1993 – 1998 dijabat oleh H. ANDI RACHMAN
* Periode 1998 – 6 Oktober 2003 dijabat oleh Drs. H. IQBAL MUSTAFA
o Wakil Bupati Drs. ZAINI BADAWING
* Periode 2003 – sekarang dijabat oleh Ir. H. LA TINRO LA TUNRUNG
o Wakil Bupati H. MUH. LODY SINDANGAN, SH. M.Si.

Sedangkan Pimpinan Daerah dibidang legistalif yang pernah dan sampai sekarang menjabat di Kabupaten Enrekang yaitu :

* ANDI BABA MANGOPO (merangkap Bupati karena masih DPRD GR) Tahun 1960 – 1963
* ABD. RAHMAN, BA.
* H. ARIFIN ALI
* MAHATMANTONG
* M. JAFAR
* IBRAHIM TAQWA
* H.M. MIEN KAMASE
* JAMALUDDIN TANTI
* M. SALEH NURDIN AGUNG sebagai Ketua dan Wakilnya MAYOR ABDUL LATIF.
* H. ABD. SAMAD MANNAN sebagai Ketua dan Wakilnya MAYOR CHK HUSAIN GANTARAN. SH
* H.M. ALI RAHIM sebagai Ketua dan Wakilnya Drs. MUSTAFA CAWIDU dan LETKOL MUSTAFA BK.
* H. JK. SAWATI (periode 1999 – 2004 )
o Periode 1999 – ….. wakilnya MAYOR CHOIRI
o Periode 1999 – 2004 Wakilnya MAYOR CHOIRI dan H. ACHMAD ANGGORO
o Periode 2004 – 2005 Wakilnya SAFRUDDIN, SH dan H. ACHMAD ANGGORO
* H. AHMAD ANGGOR (periode 2005 sampai sekarang ) wakilnya SAFRUDDIN,SH dan Drs. H. MUSTAKIM

Sejarah Terbentuknya Pemerintahan Kab. Enrekang

Sebelum terbentuknya menjadi Kabupaten berturut-turut mengalami perubahan bentuk :

1.

Menurut sejarah pada mulanya Kabupaten Enrekang adalah merupakan suatu kerajaan besar yang bernama MALEPONG BULAN, yang bersifat MANURUNG terdiri dari 7 kawasann yang lebih dikenal dengan ”PITU MASSENREMPULU” terjadi kira-kira pada abad ke XIV yaitu :
* ENDEKAN
* KASSA
* BATU LAPPA
* DURI
* MAIWA
* LETTA
* BARINGIN

Sedangkan pada masa kerajaan berubah menjadi LIMA MASSENREMPULU yakni :
* ENDEKAN
* DURI
* MAIWA
* KASSA
* BATU LAPPA

( Kira – kira abad ke XVII ) Karena Politik Devide At Impera Pemerintah Belanda memecah daerah ini dengan adanya Surat Keputusan dari Perintah Kerajaan Belanda (KORTE VERKLARING ) dimana kerajaan KASSA dan kerajaan BATU LAPPA dimasukkan ke SAWITTO. Ini terjadi ± Tahun 1905 ( abad XX ), sehingga untuk tetap pada keadaan LIMA MASSENREMPULU tersebut, maka kerajaan-kerajaan yang ada didalamnya dipecah sehingga menjadi :
* ENDEKAN (Enrekang)
* MAIWA
* ALLA
* BUNTU BATU
* MALUA

Kerajaan pada zaman penjajahan Belanda secara administrasi disebutt LANDSHCAP.

Tiap Landshcap dipimpin oleh seorang Arung yang di bantu oleh SULEWATANG dan PABBICARA ARUNG LILI tetapi kebijaksanaan tetap ditangan Belanda sebagai pegawas (KONTROLEUR).
1.

Zaman penjajahan Belanda tahun 1012 sampai dengan 1941 berubah kembali menjadi ”ONDER AFDELING” yang dikepalai oleh seorang Kontroleur ( Tuan PETORO ).
2.

Zaman Pendudukan Jepang ( 1941 – 1945 ) ONDER AFDELING ENREKANG berubah nama menjadi KANRIKAN, Pemerintahan dikepalai oleh seorang BUNKEM KANRIKAN.
3.

Zaman NICA ( NIT 1946 – 27 Desember 1949 ) kembali Kawasan Massenrempulu menjadi ONDER AFDELING ENREKANG.
4.

Kemudian sejak tanggal 27 Desember 1949 sampai 1960 Kawasan Massenrempulu berubah menjadi KEWEDANAAN ENREKANG dengan pucuk pimpinan Pemerintahan disebut Kepala Pemerintahan Negeri Enrekang ( KPN ENREKANG ) yang meliputi 5 SWAPRAJA :
* SWAPRAJA ENREKANG
* SWAPRAJA ALLA
* SWAPRAJA BUNTU BATU
* SWAPRAJA MALUA
* SWAPRAJA MAIWA

Adapun mantan Kepala Pemerintahan Negeri Enrekang (KPN) :

* ABDUL HAKIM
* ABDUL RAHMAN, BA.
* ABDUL MADJID PATTAROPURA
* NUHUNG
* A T J O

Yang menjadi catatan atau lembaran sejarah, bahwa dalam perjuangan atau pembentukan Kewadanaan Enrekang ( 5 SWAPRAJA) menjadi DASWATI II / DAERAH SWANTARA TINGKAT II ENREKANG atau KABUPATEN MASSENREMPULU. (ingat bahwa yang disetujui kelak dengan nama Kabupaten Dati II Enrekang mungkin karena latar belakang historisnya). Adapun pernyataan resolusi tesebut :

1.

Pernyataan Partai / Ormas Massenrempulu di Enrkeang pad tanggal 27 Agustus 1956.
2.

Resolusi Panitia Penuntut Kabupaten Massenrempulu di Makassar pada tanggal 18 Nopember 1956 yang diketuai oleh ALMARHUM Drs. H.M. RISA.
3.

Resolusi HIKMA di Pare pare tanggal 29 Nopember 1956.
4. Resolusi Raja-raja (ARUM PARPOL / ORMAS MASSENREMPULU ) di Kalosi PADA tanggal 14 Desember 1956

Tokoh-tokoh / Sesepuh MASSENREMPULU yang mempelopori terbentuknya Kabupaten Enrekang antara lain :

* Drs. H. M. RISA
* Drs. H. M. THALA
* H. ANDI SANTO
* PALISURI
* H. M. YASIN
* ANDI MARAINTANG
* ANDI BASO NUR RASYID
* ANDI TAMBONE
* BOMPENG RILANGI
* ANRI ENRENG
* ABDUL RAHMAN, BA.
* dan masih banyak lagi tokoh-tokoh lainnya yang belum sempat disebutkan satu persatu.

Berdasarkan PP No. 34 Tahun 1962 dan Undang-Undang NIT Nomor 44 Tahun 1960 Sulawesi terpecah dan sebagai pecahannya meliputi Administrasi (AFDELING) Parepare yang lebih dikenal dengan nama Kabupaten Parepare lama, dimana kewedanaan Kabupaten Enrekang adalah merupakan salah satu daerah diantara 5 (lima) Kewedanaan lainnya.

Selanjutnya dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 74 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Sulawesi atau daerah Swatantra Tingkat II (DASWATI II), maka Kabupaten Parepare lama terpecah menjadi 5 (lima) DASWATI II antara lain :

* DASWATI II ENREKANG
* DASWATI II SIDENRENG RAPPANG
* DASWATI II BARRU
* DASWATI II PINRANG
* DASWATI II PARE PARE

Kelima gabungan darah tersebut dari dulu dikenal dengan nama : AFDELING PAREPARE.

Dengan terbentuknya DASWATI II ENREKANG berdasarkan Undang-Undang Nomor : 29 Tahun 1959, maka sebagai tindak lanjut pada tanggal 19 februari 1960 dilantiklah saudara H. ANDI BABBA MANGOPO sebagai Bupati yang pertama dan hari terbentuknya DASWATI II Enrekang atau KABUPATEN ENREKANG berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pemerintahan Daerah.

Pemerintahan Sekarang

Sehubungan dengan ditetapkannya Perda Nomor : 4,5,6 dan 7 tahun 2002 tanggal 20 Agustus 2002 tentang Pembentukan 4 (empat) Kecamatan Definitif dan Perda Nomor 5 dan 6 Tahun 2006 tentang Pembentukan 2 Kecamatan sehingga pada saat ini enrekang telah memiliki 11 (sebelas ) Kecamatan yang defenitif yaitu :

1. Kecamatan Enrekang ibukotanya Enrekang
2. Kecamatan Maiwa ibukotanya Maroangin
3. Kecamatan Anggeraja ibukotanya Cakke
4. Kecamatan Baraka ibukotanya Baraka
5. Kecamatan Alla ibukotanya Belajen
6. Kecamatan Curio ibukotanya Curio
7. Kecamatan Bungin ibukotanya Bungin
8. Kecamatan Malua ibukotanya Malua
9. Kecamatan Cendana ibukotanya Cendana
10.

Kecamatan Buntu Batu ibukotanya Pasui hasil pemekaran dari Kecamatan Baraka diresmikan oleh Bapak Bupati Enrekang yang dihadiri Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 19 Januari 2007.
11. Kecamatan Masalle ibukotanya Lo’ko hasil pemekaran dari Kecamatan Alla.

Selanjutnya dari 11 (sebelas) Kecamatan Defenitif terdapat 112 (seratus dua belas ) desa / kelurahan, yang terdiri dari 17 Kelurahan dan 95 desa.
Read more »

ENREKANG PACU SEKTOR PARIWISATA TINGKATKAN PAD

ENREKANG PACU SEKTOR PARIWISATA TINGKATKAN PAD
Sabtu, 24 Oktober 2009 17:21




ENREKANG PACU SEKTOR PARIWISATA TINGKATKAN PAD


Enrekang, 24/10 (ANTARA) - Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan (Sulsel) menjadikan sektor pariwisata sebagai unggulan dalam meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) dengan melakukan pembenahan sejumlah obyek wisata itu.
"Pemkab Enrekang kini melakukan pembenahan sejumlah obyek wisata akan yang tersebar hampir di semua kecamatan melalui dana APBD, "kata Bupati Enrekang H Latinro Latunrung di Enrekang, Sabtu.
Enrekang, kata dia, memiliki potensi besar di sektor jasa ini Termasuk seni budaya musik bambu yang masih tetap dilestarikan masyarakat setempat.
Dua obyek wisata yang menjadi primadona Enrekang yang diminati wisatawan mancanegara dan domestik yakni Buttu Kabonong di Anggeraja dan permandian alam air terjun Lewaja.
Buttu Kabobong di lereng gunung Bambapuang memiliki daya tarik cukup mempesona, karena lereng gunung yang berada di sisi kanan jalan poros menuju Tanatoraja sangat eksotik karena menyerupai bentuk "kelamin wanita".
Panorama alam Bambapuang yang diapit dua gunung batu dan Sungai Mata Allo menjadikan pemandangan di kawasan obyek wisata ini semakin menarik.
Karena itu, semua wisatawan yang melintas di jalan menuju Tanatoraja akan menyempatkan diri menikmati panorama alam Buntu Kabobong Yang indah dan mempesona, ujar Kepala Dinas Perhubungan, Pariwiata dan Infokom Arfah.
Pemkab Enrekang menyiapkan villa dengan fasilitas lima kamar di Buntu Kabobong, sehingga wisatawan yang ingin menikmati panorama alam eksotik itu bisa beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan menuju daerah tujuan wisata Tanatoraja.
Selain Buttu Kabobong, di kawasan wisata pegunungan ini juga terdapat sekitar 30 buah "bunker" peninggalan serdadu Jepang yang menempel di tepi gunung batu pada ketinggian sekitar 200-400 meter dari jalan raya.
Bunker ini telah dikunjungi ratusan wisatawan Jepang baik yang datang khusus ke lokasi itu maupun mereka yang menuju Tanatoraja, "ujar Rahman warga setempat yang bermukin di sekitar bunker tersebut.
Enrekang juga memiliki situs kuburan batu Tontonan pada tebing gunung batu dan makanan khas "Dangke" dengan cita rasa seperti keju yang terbuat dari susu kerbau yang telah mendapat pengesahan hak paten, kata Bupati Latinro.
Read more »

BThemes

Religious Myspace Comments

Sponsor

picture widgets
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More